PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Tolak ukur era modern ini adalah komunikasi dan informasi. Perkembangan Teknologi Komunikasi begitu pesat bagi dalam  kehidupan manusia. Oleh karena itu, apabila ada suatu bangsa atau negara yang tidak mengikuti perkembangan teknologi komunikasi, maka bangsa atau negara itu dapat dikatakan negara yang tidak maju dan terbelakang.
Perkembangan dalam dunia komunikasi dan informasi telah membawa kita ke dunia global dan menjadikan masyarakat secara terus menerus diterpa (exposure) oleh media sehingga terciptalah masyarakat informasi (information society). Islam tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern. Justru Islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan research dan bereksperimen dalam hal apapun, termasuk teknologi komunikasi.
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis dapat  mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1.     Mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan teknologi komunikasi ?
2.      Pandangan islam terhadap perkembangan teknologi komunikasi?

C.  Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat dari penyusunan makalah ini, antara lain:
1.             Diharapkan makalah ini dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut.
2.   Dengan makalah ini dimaksudkan untuk dapat memberi pemahaman tentang perkembangan teknologi komunikasi, beserta pandangan islam terhadap perkembangan teknologi komunikasi itu sendiri.




PEMBAHASAN

A.           Pekembangan Teknologi Komunikasi
Hakikat teknologi adalah the systemaric application of scientific or other kowledge to pratical task (Galbraith). Selanjutnya perkembangan teknologi komunikasi secara langsung telah memberikan efek terhadap perkembangan masyarakat. Sardar mengatakan bahwa dulu bangsa-bangsa berjuang menguasai wilayah atau berjuang untuk kemerdekaan wilayahnya, sekarang orang mulai berjuang untuk menguasai “bidang baru” yaitu informasi agar tidak dikendalikan oleh yang menguasai informasi. Penguasaan informasi harus dimulai dengan penguasaan dan pengendalian terhadap perkembangan teknologi komunikasi dan informasi itu sendiri. Ciri-ciri dari perkembangan teknologi komunikasi dan informasi (ICT, information and commnication technogy) dewasa ini ditandai dengan 1) The Rise of Internet, munculnya Web dengan information super high way. 2) Convergencing Industries, munculnya industri digital yang mengglobal.  dan 3). Convergecing Technologies, seperti CD digital, TV transmitte in digital format, telpon seluler dll. (Kemunculan TV digital di Indonesia yang diresmikan oleh Presiden RI pada hari kebangkitan Nasional 20 Mei 2009, oleh presiden dinyatakan sebagai revolusi ketiga di bidang informasi di Indonesia. Revolusi pertama ditandai dengan munculnya TV RI yang diresmikan oleh Presiden Soekarno tahun 1964, dan revolusi ke dua ditandai dengan peluncuran Satelit Palapa tahun 1976 oleh Presiden Soeharto). Satelit Komunikasi yang ditahun 1945 baru merupakan gagasan yang ditulis oleh Athur C. Clark.
Dalam majalah Wireless World edisi Oktober 1945 dapat diwujudkan oleh Jhon R Piere dari Bell Laboratories dengan didemontrasikannya kelayakan komunikasi ruang angkasa dengan satelit ECHO dan Telstar. Bahkan Satelit Komunikasi, digital recording dan Internet adalah contoh dari Revolusi Ketiga Informasi di dunia.
Kemunculan internet telah mempermudah komunikasi dan penyaluran informasi ke seluruh dunia, teknologi Wolrd Wide Web sebagai multimedia portions, dengan HTMLnya dapat membuat halaman-halaman web. Teknologi Satelit (dimana Indonesia, 1976 adalah negara kedua waktu itu setelah Canada yang memiliki satelit komunikasi) telah melahirkan siaran TV-DBS (direct broadcating system) dan dilengkapi dengan kemunculan kabel optik yang bisa menyalurkan informasi dalam jumlah besar dan cepat, information super highway.
Perkembangan ICT tersebut diatas tidak saja mempengaruhi media Internet dan TV, tetapi juga memasuki dunia industri media,seperti media cetak, radio dan munculnya New Multimedia:
• Media cetak seperti buku, majalah dan surat kabar. Trend teknologi di bidang media cetak ditandai dengan penggunaan bahasa digital (digitizing, making an image computer readable as with scaner), deskop publishing is the composition, seperti tata letak (lay out) dan mencetak dengan menggunakan dikendalikan oleh PC (Personal Computer), juga publishing (penyebaran dan pendistribuasian informasi melalui internet dan CD, serta teknologi komputer telah merubah cara mempublish (menerbitakan) buku, majalah dan surat kabar, bahkan mempercepat proses cetak, seperti cetak jarak jauh dengan biaya yang lebih murah. Surat Kabar yang terbit di Jakarta seperti Republika, Kompas dll. Juga dicetak di Makassar dan Medan dengan teknologi cetak jarak jauh, sehingga masyarakat di dua kota tersebut sudah dapat membaca surat kabar di pagi hari seperti orang Jakarta.
• Radio, yang sejak tahun 1940an telah menjadi kekuatan budaya dan politik, menjadi lebih signifikan perkembangannya dengan ditemukannya gelombang FM oleh Edwin Amstrong. Dewasa ini media radio audiensnya telah tersegmentasi seperti media lain. Siaran radio digital dan radio satelit telah menawarkan pilihan-pilihan bagi pendengar. Dengan demikian persaingan industri radio semakin ketat dan telah meningkatkan perkembangan dunia industri radio dewasa ini.
• Munculnya New Multimedia, suatu konvergensi dari televisi, telepon, computer, data base dan delevery system. Misalnya, sebuah Note Book yang tersambung dengan internet dengan ukuran layan 8 inch Anda dapat menikmati siaran TV manca negara sambil menunggu pesawat di airport, dapat mengirim dan menerima email dan telepon, melihat data perkembangan perusahaan dan mengevaluasi serta dapat mengambil keputusan di mana dan kapan saja, dengan kemunculan New Multimedia hambatan waktu dan tempat tidak lagi menjadi masalah.
           Dampak dari perkembangan teknologi komunikasi atau globalisasi. Terdapat tiga   ketimpangan yg mencolok :
a. Porsi pengeluaran Negara-negara2 berkembang sekitar 3 % dan hanya memiliki 13 % dari seluruh ilmuan yg ada di dunia dan bertumpuk di India, Brazil, Argentina dan Mexico
b. Negara-negara berkembang harus meningkatkan porsi untuk pengeluaran bidang industry dari 7 % menjadi 25 %. Tahun 1980 hanya 9 %.
c. Nilai peralatan pengolahan data, diperkirakan AS, Jepang dan Eropa Barat mencapai 83 % dari seluruhan dunia (1978). 17 % dimiliki bersama dan th 1988 meningkat 20 %.
Di samping itu otomasi besar-besaran akan menyebabkan pengangguran, contoh sebuah computer bisa menyebabkan ribuan orang tak lagi dibutuhkan, dan juga menimbulkan dilemma-dilemma moral lainnya[9]. Dari sini disadari betapa besarnya peranan pendidikan dan ilmu pengetahuan, sebab “the knowledge gap hypothesis posits that the “information-rich” benefit more from exposure to communications media than the “information-poor” Hal tersebut akibat dari perbedaan tingkat pendididkan, akses terhadap sumber informasi seperti perpustakaan dan computer rumah yang tersambung dengan internet merupakan suatu keniscayaan di era informasi.
Dalam menghadapi informasi melalui media massa yang perlu mendapatkan perhatian adalah di mana sementara orang kurang nyaman untuk mencari penyelesaian konflik, dan membicarakan berita-berita yang kurang baik (bad news) melalui teknologi komunikasi. Hal-hal negatif lainnya dari media massa adalah kekerasan yang seringkali dituduhkan masyarakat kepada siaran televisi, akan tetapi sebenarnya televisi hanya salah satu penyebab dari kekerasan dan bukan satu-satunya penyebab, seperti kemukakan Sherly Biagy,(1995) “several sub sequent studies have suggested that TV violence causes aggression among children. Researchers caution, however, that TV violence is not the cause of aggressiveness, but a cause of aggressiveness”.
Selain dampak negatif tentu saja banyak hal-hal yang positif yang dapat dipetik dari perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, dengan perubahan institusi seperti perubahan lembaga-lembaga pendidikan, munculnya system pendidikan Jarak Jauh atau terbuka, seperti Universitas Terbuka, SMP Terbuka, Open University di London, India, Pakistan dan lain-lain.
Dalam bidang ekonomi dan perdagangangan, ditandai dengan munculnya e- Banking, e-comers, e-money, dan resesvasi tiket pesawat dan hotel melalui internet. Dibidang kesehatan munculnya e-medicin dan yang tak kalah pentingnya adalah sistem kependudukan di mana diharapakan setiap KTP atau IC harus memiliki chips, seperti di negara tatangga, pendataan kependudukan sudah computerize dan dapat diakses melalui internet sehingga perpindahan penduduk dapat dilacak dan diketahui dengan mudah. Dengan demikian masalah daftar pemilih tetap dalam Pemilu dapat diatasi dengan mudah dan dengan data kependudukan yang akurat. Wujud sistem komunikasi yang dihasilkan oleh kemajuan teknologi menurut Bell (1979):
Pertama, jaringan pengelolaan data yang memungkinkan orang berbelanja cukup dengan menekan tombol-tombol komputer di rumah masing-masing, pesanan akan dikirimkan langsung ke rumah.
Kedua, bank informasi dan sistem penyelusuran yang memungkinkan pemakainya menelusuri informasi yang diperlukan serta memperoleh copy cetaknya dalam waktu cepat.
Ketiga, sistem teleks yang menyediakan informasi mengenai segala rupa kebutuhan, seperti cuaca, informasi finansial, iklan terklasifikasi, katalog segala macam produk lewat layar televisi di rumah masing-masing.
Keempat, sistem faksimili yang memungkinkan pengiriman dokumen secara electronik.
Kelima, jaringan komputer interaktif yang memungkinkan pihak-pihak yang berkomunikasi mendiskusikan informasi melalui komputer.
Dengan semakin berkembangnya pekerjaan di bidang informasi dan semakin banyaknya sarana komunikasi, menurut F. Latham (dalam Toffler, 1992) maka jumlah orang yang dapat bekerja di rumah atau di pusat-pusat kerja setempat juga semakin banyak. Hal tersebut disebabkan berbagai kekuatan yang ampuh sedang bertemu membentuk suatu kekuatan yang hebat untuk menciptakan “pondok elektronik”. Indikasinya adalah pergantian yang menguntungkan antara transportasi dengan telekomunikasi.

B.            Pandangan islam terhadap perkembangan teknologi komunikasi
Tidak ada yang dapat menahan lajunya perkembangan teknologi komunikasi. Hal ini tidak terlepas dari perkembangan teknologi yang terus berkembang dengan pesat. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa riwayat perkembangan komunikasi antarmanusia adalah sama dengan sejarah kehidupan manusia. Terdapat empat titik penentu utama dalam sejarah komunikasi manusia yang dikemukakan oleh Nordenstreng dan Varis (1973) dalam (Nasution, 1989:15), yaitu :
1. Ditemukannya bahasa sebagai alat interaksi tercanggih manusia.
2. Berkembangnya seni tulisan dan berkembangnya kemampuan bicara manusia menggunakan bahasa.
3. Berkembangnya kemampuan reproduksi kata-kata tertulis dengan menggunakan alat pencetak.
4.   Lahirnya komunikasi elektronik, mulai dari telegraf hingga satelit.
Dalam sejarahnya, manusia menandakan penggunaan komunikasi oleh manusia untuk mengatasi jarak yang lebih jauh satu dengan yang lainnya, yang tidak mungkin dicapai dengan berbicara dalam jarak yang normal. Menurut O’Brien, 1996 dalam Kadir (2003:8) mengatakan bahwa, Perilaku manusia dan teknologi memiliki interaksi di dalam lingkungan sosioteknologi. Everett M. Rogers (1986) dalam bukunya Communication Technology ; The New Media in Society, mengatakan bahwa dalam hubungan komunikasi di masyarakat terdapat empat era komunikasi, yaitu : era tulis, era media cetak, era media telekomunikasi, dan era media komunikasi interaktif. Sementara itu Sayling Wen melihat media dalam konteks yang lebih luas, tidak hanya melihat media dalam konsep komunikasi antar pribadi, namun ia melihat media sebagai medium penyimpanan. Manusia hidup tidak terlepas dari ajaran agama. Seperti yang sudah kita ketahui, menyampaikan pesan kepada sesama umat sangat dianjurkan bahkan diwajibkan dalam ajaran Agama Islam. 
Sardar mengemukakan thesisnya tentang konsep Islam dalam penciptaan dan penyebaran informasi dalam bukunya Information and Muslim World : A Strategy for 21’st Century, (1998), sebagai berikut :
a.   Tauhid, kemerdekaan dalam informasi adalah criteria ethical pertama dan umat Islam tidak dalam kedudukan terpaksa tunduk kepada kekuatan luar, apakah itu Neo Lib, Konglomerasi, MNC, atau negara Super Power selain tunduk kepada kekuatan Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT.
b.  Ilm, informasi diupayakan dalam kerangka ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan masyarakat.
c.  Hikmah, (kebijaksanaan), informasi harus merefleksikan karakteristik tertinggi Sang Maha Pencipta, dengan memandang sesuatu peradaban Muslim yang dinamis dan berkembang dengan kecakapan dan ketajaman serta kecermatan pikiran.
d.     Adl, penciptaan dan penyebaran informasi harus diarahkan untuk memajukan keadilan. Informasi harus diupayakan melalui cara-cara yang adil dan didistribusikan secara adil pula.
e. Ijma’ dan Syura (Konsensus dan musyawarah), Sebelum masayarakat diajak bermusyawarah, mereka sudah harus menerima informasi secara merata dan relevan. Konsesus hanya bisa dicapai apabila semua fakta tentang sebuah kebijakan tertentu sudah mereka ketahui, artinya tidak hanya diketahui oleh segelintir orang, atau elit organisasi atau politik.
f.   Istishlah (Kepentingan Umum), semua informasi yang diciptakan dan didistribusikan adalah untuk kepentingan umum (kemaslahatan masyarakat)
g.      Ummah (Muslim sejagat), Informasi seyogyanya di samping kepentingan umum secara lokal adalah untuk kepentingan Ummat Islam se dunia (masyarakat Islam global).

Perkembangan teknologi ini mampuh mengancam dunia Islam, jika kita tidak turut masuk ke dalamnya. Hal ini dapat menyebabkan kita sebagai muslim akan menjadi masyarakat pasif yang hanya menerima perkembangan teknologi, namun tidak turut membuat dan mengembangkannya. Ini dapat menghambat perkembangan daya piker Muslim dunia.
Karena walaupun perkembangan tekhnologi memiliki aspek positif, namun ada beberapa perangkap yang harus diwaspadai, yaitu
Aspek pertama Mengendalikan, keutungan teknologi komunikasi akan dipetik oleh mereka yang berhasil mengendalikan teknologi tersebut. Dengan demikian, tidak banyak manfaatnya memiliki program-program canggih untuk membangun jaringan komunikasi untuk menghubungkan desa-desa terpencil, jika tergantung kepada Negara industri, maka kebijakan hanya berpengaruh kepada ketergantungan.
Aspek kedua Ketidaklayakan. Teknologi yang lahir di barat cenderung mengarah kepeningkatan elemen desktruktif dan elemen pengendalian atau secara spesifikasi sesuai untuk digunakan oleh konsumen barat. Inilah alasan penting,mengapa dunia muslim harus mengembangkan kemampuan sendiri di dalam bidangteknologi“mikro-elektronik”. Negara-negara industri bukan hanya mempertahankan dominasi ekonomi dan politik, tetapi mereka juga akan merongrong dan menaklukan dunia muslim.
Ada tiga kesadaran yang dapat diambil dari sudut pandang penerapan teknologi komunikasi, yaitu
1.      Kita menyadari bahwa kita adalah penerima yang berkomunikasi
2.      Kita menyadari bahwa kita selalu bisa memahami bentuk
3.      Kita menyadari bahwa kita hanya bisa memahami dalam bataspengalaman kita
sendiri.
Dari ketiga poin diatas menjelaskan bahwa, komunikasi menuntut penerimanya. Ia menuntutnya untuk terlibat, untuk melakukan sesuatu, untuk menjadi sesuatu, dan untuk mempercayai sesuatu. Selain itu komunikasi menimbulkan motivasi, jika komunikasi sesuai dengan harapan dan aspirasi, etika, nilai, maksud dan tujuan penerimanya.


PENUTUP

A.           Simpulan
Perkembangan teknologi yang ditandai dengan berkembangnya berbagai macam hardware, misal TV, radio dan Internet. Dunia Islam jika tidak mengikuti perkembangan ini maka akan menjadi terpuruk dan makin tertinggal.
Perkembangan teknologi ini mampu mengancam dunia Islam, jika kita tidak turut masuk ke dalamnya. Hal ini dapat menyebabkan kita sebagai muslim akan menjadi masyarakat pasif yang hanya menerima perkembangan teknologi, namun tidak turut membuat dan mengembangkannya. Ini dapat menghambat perkembangan daya piker Muslim dunia.
Penyiaran Islam sebagai saranan mengembangkan dan mendistribusikan informasi mengenai Islam kepada dunia barat sangat tergantung kepada sejauh mana penguasaan para cendikiawan muslim terhadap perkembangan teknologi.

DAFTAR PUSTAKA

Alvin Toffler, Gelombang Ketiga, PT Pantja Simpati, Jakarta, 1992
Joseph Straubhar & Robert La Rose, Media Now, Communication Media in the Information Age, Wadsworth, USA, 2000.
Shiley Biagy, Media Impact An Introduction to Mass Media, Third Edition, Wadsworth Publishing Company, Belmont, California, 1995.
Zulkarimen Nasution, Perkembangan Teknologi Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta, 2005.
Ziauddin Sadar. Tantangan Dunia Islam Abad 21. Bandung: Penerbit Mizan. 1992.
www.syafiiakrom.wordpress.com
Sutiadi. (2009). Pendidikan Nilai Moral Ditinjau dari Prespektif Global. Hal. 10. Yogyakarta: UNY – FBS.


PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Setiap saat masyarakat selalu mengalami perubahan. Jika dibandingkan apa yang tejadi saat ini dengan beberapa tahun yang lalu. Maka akan banyak ditemukan perubahan baik yang direncanakan atau tidak, kecil atau besar, serta cepat atau lambat. Perubahan-perubahan tersebut dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan sosial yang ada. Dimana manusia selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Oleh karena itu manusia selalu mencari sesuatu agar hidupnya lebih baik.
Sebagai contoh kasus, dahulu keluarga sepenuhnya berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi anak-anak yang belum dewasa, sumber pengetahuan (pendidikan) dan keterampilan serta sumber ekonomi. Namun, pada masa sekarang, fungsi keluarga mengalami perubahan. Anak-anak tidak hanya memperoleh pengetahuan dari keluarga, tetapi juga melalui berbagai media massa, seperti televisi, radio, koran dan internet.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis dapat  mengambil kesimpulan sebagai berikut: Mengetahui bagaimana radio dan televisi siaran mengubah pola hidup keluarga?

C.    Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat dari penyusunan makalah ini, antara lain:
1.      Diharapkan makalah ini dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut.
2.      Dengan makalah ini dimaksudkan untuk dapat memberi pemahaman tentang bagaimana radio dan televisi siaran mengubah pola hidup keluarga.

PEMBAHASAN

A.           RADIO DAN TELEVISI SIARAN MENGUBAH POLAH HIDUP KELUARGA
Derasnya suplai alat elektronik mengakibatkan kuatnya intensitas penggunaan radio dan televisi oleh keluarga sehingga hampir semua keluarga memiliki radio dan televisi. Di tilik dari intensitas alokasi waktu yang digunakan untuk mendengarkan radio dan menonton TV, setiap daerah dan juga keluarga memiliki variasi meskipun secara keseluruhan cukup intens (lebih dari 1 jam per hari).
Intensitas penggunaan televisi memunculkan kekhawatiran sebagian besar orang tua sehingga orang tua berupaya untuk membatasai dengan cara melarang atau juga mengalihkan aktivitas anak ke aktivitas lainnya. Kekhawatiran orang tua tersebut disebabkan oleh banyaknya acara televisi yang kurang konstruktif, bahkan cenderung anti sosial. Hal ini paralel dengan penelitian Andayani dan Suranto (1997) yang menunjukkan kecenderungan anak untuk menonton acara TV yang anti sosial. Hal itu diperparah dengan adanya persaingan di antara stasiun televisi yang semakin ketat sehingga mereka bersaing tanpa memperhatikan dampak negatif dari tayangan tersebut.
Hal tersebut diperparah dengan keterbatasan kemampuan orang tua (media literacy) dalam mendampingi anak bahkan juga ada kekurangpedulian orang sehingga kurang memperdulikan kondisi yang tengah terjadi antara televisi dan anak-anaknya. (Tini Hadad, 1997).
Persaingan antar media massa juga berdampak pada perilaku kurang sehat dari para pengelola media massa yang ditunjukkan dengan rendahnya self-cencorship sehingga Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) banyak memberikan teguran. Selama 2005-2006 saja, KPI telah mengeluarkan sebanyak 141 teguran, dua diantaranya diancam dilaporkan ke polisi.
Berdasarkan fenomena tersebut, setidaknya ada dua masalah yang perlu didalami, yaitu: (1) tingginya intensitas penggunaan televisi tidak diiringi dengan berkembangnya budaya dan melek media (media literacy) sehingga orang tua memiliki keterbatasan waktu dan pengetahuan dalam mendampingi anaknya yang menonton televisi. Hal ini mengakibatkan perubahan perilaku anak yang menjadi cepat dewasa secara seksual dibandingkan kematangan umur dan mentalnya. Hal ini diperparah dengan banyaknya visualisasi kekerasan yang gampang ditiru oleh anak sehingga berkembang perilaku agresif dan kecenderungan melakukan kekerasan di kalangan anak-anak; (2) berbagai acara televisi menawarkan berbagai tayangan menarik ke ruang pribadi keluarga dan anak sehingga banyak waktu yang terbuang untuk menonton televisi yang secara bertahap memunculkan sikap malas belajar karena tergoda tayangan televisi.

B.           MEDIA RADIO LEBIH MEMBAWA DAMPAK POSITIF
Sekarang mari kita buka lagi pikiran kita mengenai pemanfaatan radio dalam pendidikan. Namun sebelumnya kita ulas kembali apa itu radio. Pengertian “Radio” menurut ensiklopedi Indonesia yaitu penyampaian informasi dengan pemanfaatan gelombang elektromagnetik bebas yang memiliki frequensi kurang dari 300 GHz (panjang gelombang lebih besar dari 1 mm). Sedangkan istilah “radio siaran” atau “siaran radio” berasal dari kata “radio broadcast” (Inggris) atau “radio omroep” (Belanda) artinya yaitu penyampaian informasi kepada khalayak berupa suara yang berjalan satu arah dengan memanfaatkan gelombang radio sebagai media. Sedangkan menurut Versi Undang-undang Penyiaran no 32/2002 : kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran, yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan.
Dengan adanya radio, seluruh informasi dapat disebarluaskan dalam waktu yang singkat, bahkan sampai dengan daerah yang belum terjangkau sekalipun oleh media lainnya. Jika kita melihat geografis bangsa ini, sekitar 70% penduduk Indonesia tinggal di desa, tetapi akses informasi dikuasai oleh masyarakat kota. Selain itu dari 5,5 juta oplah surat kabar yang terbit di Indonesia, 60% beredar di Jakarta; dan dari 40% (sekitar 2,2 juta) yang beredar di luar Jakarta, 70% beredar di kota, sedangkan untuk desa seluruh Indonesia hanya 660.000 examplar. Jika desa di Indonesia ada 63.000, berarti rata-rata tiap desa hanya mendapat jatah 10,4 examplar surat kabar. (A, Darmanto, 2008. Produksi Program Audio).
Lalu apakah cukup 10 examplar untuk dibaca oleh masyarakat satu desa? Apakah mungkin berita yang disampaikan langsung dimengerti oleh masyarakat? Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka jawabnya hanya satu yaitu media yang tepat untuk daerah seperti itu tidak lain radio. Radio memang fenomenal bagi masyarakat desa. Apalagi untuk desa yang belum tersentuh sama sekali dengan kehidupan modern dan belum teraliri oleh listrik.
Kenapa radio begitu fenomenal? Tentu ada sebabnya. Radio memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh media lainnya. Menurut Dodi Mawardi, dalam situsnya (http://dodimawardi.wordpress.com) ada sembilan karakteristik media radio yaitu :
·              Theater of Mind (Media radio memiliki kemampuan untuk mengembangkan imajinasi  
           pendengar).
·               Personal (Media radio mampu menyentuh pribadi pendengar).
·               Sound Only (Media radio hanya menggunakan suara dalam menyajikan informasinya).
·               At Once (Media radio dapat diakses cepat dan seketika).
·               Heard Once (Media radio di dengar secara sepintas).
·               Secondary Medium Half Ears Media (Media radio bisa menjadi teman dalam beraktifitas).
·               Mobile / Portable (Media radio mudah dibawa kemana saja).\
·               Local (Media radio bersifat lokal, hanya di daerah yang ada frekuensinya). 
·               Linear (Media radio tersusun secara sistematis).
Selain dari sembilan karakteristik yang ada diatas dapat ditambahkan kekuatan/kelebihannya. Menurut A.Darmanto dalam tulisannya (Radio: Media yang terpinggirkan, mampukah membangun kota?) yaitu :
·         Rapidity (Tingkat kecepatan menyampaikan informasi cukup tinggi).
·         Wide Coverage (Jangkauan wilayah siarannya luas).
·         Simultaneous (dapat dinikmati secara serentak dalam waktu yang sama).
·         Illiteracy (dapat dinikmati oleh yang buta huruf).
Jika melihat karakteristik serta kekuatan yang dimiliki radio, tentunya tidak salah lagi jika kita memanfaatkan media radio ini dalam dunia pendidikan. Dengan adanya radio tentunya pembelajaran akan lebih menyenangkan. Anak-anak dapat menikmati kembali cerita atau dongeng melalui radio yang dengan karakteristiknya hanya “suara” akan mampu membangkitkan daya imajinasi anak itu sendiri. Selain itu, radio masih dipandang oleh para pemilik opini sebagai saluran yang mempunyai pendengar efektif (Redi Panuju, Nalar Jurnalistik: Dasarnya Dasar Jurnalistik, Bayumedia Publising, 2005).
Artinya baik guru yang menyampaikan materi pembelajaran maupun siswa sebagai audiens bisa saling bertukar pendapat tentang materi pelajaran yang disampaikan. Radio juga menjujung tinggi perbedaan karakteristik pendengarnya. Tidak selamanya siaran melalui media radio terkesan formal. Melalui cerita-cerita tentunya akan menjadi daya tarik tersendiri. Pendengar senang mendengarkannya, pesan yang akan disampaikan pun tersampaikan dengan baik.
Adanya media radio pendidikan merupakan perkembangan baru yang memberi nuansa positif dalam penyebar luasan informasi pendidikan. Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang program pendidikan akan meningkatkan kemauan masyarakat untuk terlibat dalam mensukseskan program-program pendidikan yang dicanangkan pemerintah. Secara sederhana dapat kita sadari bahwa program siaran pendidikan dari media radio akan memberi pembelajaran kepada masyarakat pendengar yang akhirnya akan meningkatkan wawasan dan pengetahuan masyarakat.
Setelah adanya radio sebagai media pendidikan, maka sebaiknya perlu adanya pengelolaan yang baik agar nantinya dapat tetap berjalan pada jalurnya. Keberhasilan dalam mutu Siaran Radio Pendidikan antara lain ditentukan kualitas manajemen. Karenanya program ini akan semakin efektif apabila dikelola secara ahli. Berbagai produk teknologi komunikasi/ informasi, termasuk di dalamnya media radio, memiliki ciri khas, yaitu menjanjikan kecepatan, ketepatan, kepraktisan dan kualitas dalam mencari, mengumpulkan menyeleksi, mengolah dan menyajikan informasi. Sesuai dengan ciri khas media radio sebagai salah satu produk teknologi elektronika maka menjadi keharusan bahwa manajemen yang diterapkan dalam penyelenggaraan siaran harus manajemen yang dinamis.
Pada umumnya para guru berpendapat bahwa siaran radio pendidikan bermanfaat menambah wawasan untuk mengajar, meski sebagian tidak mengetahui kalau hingga hari ini siaran tersebut masih mengudara. Bagaimana langkah ke depan agar siaran ini menjadi efektif?.
Menurut Rini Rahayu, (mahasiswa PPS Unnes, wacana Suara Merdeka 13 September 2005) ada beberapa langkah alternatif yang perlu ditegakkan agar siaran efektif yaitu :
Agar siaran radio rendidikan bisa didengar dan berhasil menjadi media peningkatan wawasan guru dalam proses belajar mengajar kepada peserta didik, Balai yang ditunjuk sebagai pengelola, hendaknya berperan aktif melaksanakan prinsip-prinsip organisasi terutama koordinasi kepada kelompok belajar agar selalu memonitor dan mengikuti siaran
·          RRI yang ditunjuk diantara beberapa media yang menyiarkan siaran radio pendidikan tidak ada salahnya jika senantiasa gencar memutar "promo acara" agar siaran ini dapat diketahui. Karena melakukan koordinasi dengan stakeholders dan instansi terkait merupakan bagian tugas dan fungsi dari RRI.
·     Untuk mendapatkan produksi paket siaran radio pendidikan yang berkualitas, pihak BPMR hendaknya tetap komit mengaktualisasikan prinsip dan fungsi manajemen yang dinamis, sehingga dapat dihasilkan mutu paket yang menarik, enak diikuti juga pesan yang disampaikan diterima, yang pada akhirnya bisa mempengaruhi pola pikir dan perilaku mereka dalam mengefektifkan proses belajar - mengajar.
·     Sebagai pendidik idealnya menyadari dan beraplikasi terhadap pendidikan yang mempunyai konsep pendidikan sepanjang hayat sehingga mendengarkan dan mengikuti radio pendidikan merupakan kegiatan sebagai pengayaan.
·      Pihak-pihak yang terlibat dalam radio pendidikan hendaknya duduk bersama menentukan langkah terbaik agar diklat siaran ini dapat efektif.
Jika fungsi dari media radio telah diketahui, serta banyak manfaat yang dapat diambil apalagi dengan adanya manajemen yang baik, maka kenapa tidak kita menggunakan radio sebagai media pendidikan melalui siaran radio pendidikan.
Oleh karena itu globalisasi yang tidak terhindarkan harus diantisipasi dengan pembangunan karakter keluarga sehingga penguatan jati diri dan kearifan lokal yang dijadikan sebagai dasar pijakan dalam penyusunan strategi dalam pelestarian dan pengembangan budaya. Upaya memperkuat jati diri keluarga dapat dilakukan melalui penanaman nilai-nilai budaya dan kesejarahan senasib dan sepenanggungan diantara keluarga sehingga perlu dilakukan revitalisasi budaya daerah untuk memperkuat jati dir serta nilai-nilai yang ada di dalam keluarga.

PENUTUP

A.           Simpulan
Perkembangan dunia industri media, terutama di bidang penyiaran yang begitu cepat. Sementara di sisi lain, tingkat kesadaran masyarakat, akan dampak media masih begitu rendah. tayangan yang sehat dan bermartabat haruslah menjadi prioritas utama di bandingkan dengan penyalagunaan media tersebut dengan cara negatif sehingga perubahan prilaku masyarakat khususnya keluarga menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Bappenas (2006). Studi Kebijakan Pengembangan Anak Usia Dini yang Holistik dan
Terintegrasi.
Bappenas (2008). Strategi Nasional Pengembangan Anak Usia Dini Holistik – Integratif.
Dominick, Joseph R. (1996). The Dynamics of Mass Communication.
Gardner, Howard (1993). Multiple Intelligences: The Theory in Practice.
Gertz, C (1993). The Interpretation of Cultures: Selected Essays. London: Fontana.
Abrar, Ana Nadya. 2003. Teknologi Komunikasi: Perspektif Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: LESFI
Curran, James & Michael Gurevitch (Eds.). 1991. Mass Media and Society. London: Edward Arnold
Darmanto, A. “Aplikasi Nilai-nilai Jurnalisme Warga pada Radio Komunitas”, dalam Jurnal Komunikasi UII ,Volume 1 Nomor 2, April 2007.
Fidler, Roger. 2003. Mediamaorfosis. Yogyakarta: Bentang Budaya
Harsono, Nonot. ”Apa yang Harus Dilakukan Pemerintah?”, KOMPAS, edisi 5 September 2008.